PERTUMBUHAN EKSPOR INDONESIA TERHADAP NEGARA PERANCIS
Indonesia
mempertimbangkan Perancis menjadi pintu gerbang utama untuk mengekspor produk
dari Tanah Air ke pasar non-tradisional di negara-negara Eropa. Untuk itu,
pemerintah bakal bekerja sama di bidang perdagangan dengan negara Eropa
tersebut.
"Prancis
mempunyai bidang industri yang dinamis dan merupakan salah satu yang paling
kompetitif di dunia," ujar Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto saat
bertemu Duta Besar Prancis untuk Indonesia Jean-Charles Berthonnet seperti
dilansir Antara, Sabtu (17/12).
Menurutnya,
saat ini Prancis menempati peringkat kedua, ketiga dan keempat Eropa untuk
industri kimia, industri makanan, serta industri informasi dan telekomunikasi.
Upaya ini perlu dijajaki melalui kerja sama kedua negara di sektor industri
serta bidang standardisasi dan pertukaran informasi terkait regulasi teknis
(non-tariff measures) guna menembus pasar tersebut.
Airlangga
juga memandang Prancis sebagai mitra penting Indonesia dalam hubungan perdagangan
karena dapat meningkatkan pertumbuhan industri dan ekonomi nasional.
"Diperlukan
peningkatan kerja sama ekonomi bagi kedua negara untuk menyeimbangkan neraca
perdagangan dan investasi," tegasnya.
Pada 2015,
nilai impor Indonesia dari Prancis mencapai USD 1,3 miliar untuk komponen
pesawat terbang, kendaraan, dan mesin elektronik, serta produk susu dan
farmasi.
Sedangkan,
ekspor Indonesia ke Prancis mencapai USD 972 juta yang meliputi mesin
elektronik, alas kaki, karet dan produk karet, furniture, pakaian dan
aksesoris, kopi, serta teh dan rempah-rempah.
Berdasarkan
data BKPM, realisasi investasi Prancis di Indonesia pada periode 2011 sampai
September 2016 secara total mencapai 783 proyek dengan nilai investasi sebesar
USD 771,2 juta. Adapun, 174 proyek investasi yang bergerak di sektor manufaktur
bernilai investasi USD 323,7 juta.
"Perusahaan
asal Prancis yang saat ini beroperasi di Indonesia antara lain perusahaan
peralatan listrik PT Schneider Indonesia, yang saat ini telah mengekspor 75
persen dari produksi mereka ke negara-negara ASEAN, Amerika Serikat dan
Eropa," kata Airlangga.
Indonesia
juga menjadi basis produksi terbesar untuk Schneider Electric di kawasan Asia
Tenggara serta ketiga terbesar di Asia setelah China dan India.
Selanjutnya,
PT Weda Bay Nickel (ERAMET), perusahaan pertambangan asal Prancis ini bekerja
sama dengan Mitsubishi Corporation, Pacific Metals Co Ltd, dan PT Aneka Tambang
Tbk serta didukung oleh Pemerintah Daerah telah membangun industri strategis
dalam pengolahan nikel di Halmahera, Maluku Utara.
Dengan
investasi USD 6 miliar, pabrik ini akan menghasilkan sekitar 4,5 juta ton per
tahun dari nikel dan 4000 ton per tahun kobalt, serta menyerap tenaga kerja
2.400 orang di lokasi tersebut.
"Selain
itu, ada PT. Saint-Gobain Construction Products Indonesia GYPROC Saint-Gobain,
Michelin, Airbus Group, Galleries Lafayette, TOTAL, dan lain-lain,"
jelasnya.
Bahkan,
perusahaan pelayaran asal Prancis, CMA dan CGM Group akan berinvestasi di
Indonesia serta adanya potensi kerja sama kegiatan penelitian dan pengembangan
antara Center of Excellence Toulouse White Bio-Technology dengan Balai Riset
dan Lembaga Pendidikan di lingkungan Kementerian Perindustrian.
Indonesia
mempertimbangkan Perancis sebagai pintu gerbang utama untuk mengekspor produk
dari Tanah Air ke pasar non-tradisional di negara-negara Eropa. Hal itu
dilakukan dengan landasan Perancis memiliki industri yang dinamis dan merupakan
salah satu negara dengan industri paling kompetitif di dunia. Perancis
menempati peringkat kedua, ketiga dan keempat Eropa untuk industri kimia,
industri makanan, serta industri informasi dan telekomunikasi.
"Perancis mempunyai bidang industri yang dinamis dan merupakan salah satu yang paling kompetitif di dunia," kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto saat bertemu Duta Besar Perancis untuk Indonesia Jean-Charles Berthonnet di Kementerian Perindustrian di Jakarta, Sabtu, (17/12/2016).
Melalui siaran pers, seperti dikutip dari Antara, Airlangga menerangkan upaya ini perlu dijajaki melalui kerja sama kedua negara di sektor industri serta bidang standardisasi dan pertukaran informasi terkait regulasi teknis (non-tariff measures) guna menembus pasar tersebut.
Airlangga juga memandang Perancis sebagai mitra penting Indonesia dalam hubungan perdagangan karena dapat meningkatkan pertumbuhan industri dan ekonomi nasional.
Pada tahun 2015 ekspor Indonesia ke Perancis mencapai 972 juta dollar AS yang meliputi mesin elektronik, alas kaki, karet dan produk karet, furniture, pakaian dan aksesoris, kopi, serta teh dan rempah-rempah.
Sementara itu, berdasarkan data BKPM, realisasi investasi Perancis di Indonesia pada periode tahun 2011 sampai September 2016 secara total mencapai 783 proyek dengan nilai investasi sebesar 771,2 juta dollar AS.
Adapun 174 proyek investasi yang bergerak di sektor manufaktur bernilai investasi 323,7 juta dollar AS.
"Diperlukan peningkatan kerja sama ekonomi bagi kedua negara untuk menyeimbangkan neraca perdagangan dan investasi," ujarnya.
Sementara itu, tahun 2015, nilai impor Indonesia dari Perancis mencapai 1,3 miliar dollar AS untuk komponen pesawat terbang, kendaraan, dan mesin elektronik, serta produk susu dan farmasi.
Indonesia juga menjadi basis produksi terbesar untuk Schneider Electric di kawasan Asia Tenggara serta ketiga terbesar di Asia setelah RRT dan India
"Perusahaan asal Perancis yang saat ini beroperasi di Indonesia antara lain perusahaan peralatan listrik PT. Schneider Indonesia, yang saat ini telah mengekspor 75 persen dari produksi mereka ke negara-negara ASEAN, Amerika Serikat dan Eropa,” ungkap Airlangga.
Selanjutnya, PT. Weda Bay Nickel (ERAMET), perusahaan pertambangan asal Perancis ini bekerja sama dengan Mitsubishi Corporation, Pacific Metals Co Ltd, dan PT Aneka Tambang Tbk serta didukung oleh Pemerintah Daerah telah membangun industri strategis dalam pengolahan nikel di Halmahera, Maluku Utara.
Dengan investasi 6 miliar dollar AS, pabrik ini akan menghasilkan sekitar 4,5 juta ton per tahun dari nikel dan 4000 ton per tahun kobalt, serta menyerap tenaga kerja 2.400 orang di lokasi tersebut.
"Selain itu, ada PT. Saint-Gobain Construction Products Indonesia GYPROC Saint-Gobain, Michelin, Airbus Group, Galleries Lafayette, TOTAL, dan lain-lain,” sebut Airlangga.
Bahkan, perusahaan pelayaran asal Perancis, CMA dan CGM Group akan berinvestasi di Indonesia serta adanya potensi kerja sama kegiatan penelitian dan pengembangan antara Center of Excellence Toulouse White Bio-Technology dengan Balai Riset dan Lembaga Pendidikan di lingkungan Kementerian Perindustrian.
"Perancis mempunyai bidang industri yang dinamis dan merupakan salah satu yang paling kompetitif di dunia," kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto saat bertemu Duta Besar Perancis untuk Indonesia Jean-Charles Berthonnet di Kementerian Perindustrian di Jakarta, Sabtu, (17/12/2016).
Melalui siaran pers, seperti dikutip dari Antara, Airlangga menerangkan upaya ini perlu dijajaki melalui kerja sama kedua negara di sektor industri serta bidang standardisasi dan pertukaran informasi terkait regulasi teknis (non-tariff measures) guna menembus pasar tersebut.
Airlangga juga memandang Perancis sebagai mitra penting Indonesia dalam hubungan perdagangan karena dapat meningkatkan pertumbuhan industri dan ekonomi nasional.
Pada tahun 2015 ekspor Indonesia ke Perancis mencapai 972 juta dollar AS yang meliputi mesin elektronik, alas kaki, karet dan produk karet, furniture, pakaian dan aksesoris, kopi, serta teh dan rempah-rempah.
Sementara itu, berdasarkan data BKPM, realisasi investasi Perancis di Indonesia pada periode tahun 2011 sampai September 2016 secara total mencapai 783 proyek dengan nilai investasi sebesar 771,2 juta dollar AS.
Adapun 174 proyek investasi yang bergerak di sektor manufaktur bernilai investasi 323,7 juta dollar AS.
"Diperlukan peningkatan kerja sama ekonomi bagi kedua negara untuk menyeimbangkan neraca perdagangan dan investasi," ujarnya.
Sementara itu, tahun 2015, nilai impor Indonesia dari Perancis mencapai 1,3 miliar dollar AS untuk komponen pesawat terbang, kendaraan, dan mesin elektronik, serta produk susu dan farmasi.
Indonesia juga menjadi basis produksi terbesar untuk Schneider Electric di kawasan Asia Tenggara serta ketiga terbesar di Asia setelah RRT dan India
"Perusahaan asal Perancis yang saat ini beroperasi di Indonesia antara lain perusahaan peralatan listrik PT. Schneider Indonesia, yang saat ini telah mengekspor 75 persen dari produksi mereka ke negara-negara ASEAN, Amerika Serikat dan Eropa,” ungkap Airlangga.
Selanjutnya, PT. Weda Bay Nickel (ERAMET), perusahaan pertambangan asal Perancis ini bekerja sama dengan Mitsubishi Corporation, Pacific Metals Co Ltd, dan PT Aneka Tambang Tbk serta didukung oleh Pemerintah Daerah telah membangun industri strategis dalam pengolahan nikel di Halmahera, Maluku Utara.
Dengan investasi 6 miliar dollar AS, pabrik ini akan menghasilkan sekitar 4,5 juta ton per tahun dari nikel dan 4000 ton per tahun kobalt, serta menyerap tenaga kerja 2.400 orang di lokasi tersebut.
"Selain itu, ada PT. Saint-Gobain Construction Products Indonesia GYPROC Saint-Gobain, Michelin, Airbus Group, Galleries Lafayette, TOTAL, dan lain-lain,” sebut Airlangga.
Bahkan, perusahaan pelayaran asal Perancis, CMA dan CGM Group akan berinvestasi di Indonesia serta adanya potensi kerja sama kegiatan penelitian dan pengembangan antara Center of Excellence Toulouse White Bio-Technology dengan Balai Riset dan Lembaga Pendidikan di lingkungan Kementerian Perindustrian.
Hubungan
Perancis dengan Indonesia
1) Bidang Diplomatik
Masing-masing
Negara menempatkan duta besar sebagai perwakilannya.
2) Bidang
Sosial Ekonomi
- Negara Perancis banyak membantu Negara Indonesia melalui CGI (Consultative Group on Indonesia). Hal ini sangat membantu sekali dalam proses memperlancar pembangunan ekonomi di Indonesia.
- Banyak Perusahaan-perusahaan swasta Perancis yang menanamkan modalnya di Negara Indonnesia.
3) Bidang
Pendidikan Dan kebudayaan
- Tukar menukar pelajar, mahasiswa, dan staf pengajar. Mahasiswa Indonesia banyak melanjutkan sekolahnya pada bidang kedokteran, ekonomi, teknik, dan sastra di Perancis. Sedangkan mahasiswa Perancis banyak belajar di Indonesia pada bidang sastra dan budaya.
- Di bidang budaya, negara Indonesia sering melakukan pagelaran / pameran di negara Perancis sebagai upaya promosi agar wisatawan Perancis lebih banyak yang berkunjung ke Negara Indonesia.
4) Bidang
Perdagangan
- Impor dari Indonesia antara lain minyak sawit, kopi, lada, kayu lapis, dan ikan.
- Ekspor
ke Indonesaia antara lain lokomotif, barang elektronoka, mobil, kapal
terbang, pakaian, dan parfum.
Nama Kelompok : - Aldi Rivaldi
- Lia Astuti
- Venny Arifani
Sumber :
No comments:
Post a Comment