PRODUK
DOMESTIK BRUTO DI THAILAND
Produk
domestik bruto (Gross Domestic Product) merupakan jumlah produk berupa
barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah
suatu negara (domestik) selama satu tahun. Dalam perhitungan GDP ini, termasuk
juga hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing
yang beroperasi di wilayah negara yang bersangkutan. Barang-barang yang
dihasilkan termasuk barang modal yang belum diperhitungkan penyusutannya,
karenanya jumlah yang didapatkan dari GDP dianggap bersifat bruto/kotor.
2012
Perekonomian Thailand diperkirakan tumbuh 5,3 persen tahun ini, lebih dari 5,0 persen yang diproyeksikan pada Desember 2012, karena permintaan domestik semakin kuat.
Dilansir The Business Times, Jumat (29/3/2013), Kepala Departemen Keuangan dan Kebijakan Fiskal Thailand, Somchai Sajjapong mengatakan, ekonomi diperluas 6,4 persen pada 2012, setelah pertumbuhan hanya 0,1 persen pada 2011 akibat banjir.
Sementara Bank Sentral Thailand menyebutkan, kemungkinan akan menaikkan revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi 2013, dari 4,9 persen pada April nanti.
Diberitakan sebelumnya, perekonomian Thailand menikmati rekor pertumbuhan pada kuartal keempat (Q4) 2012, menyusul pulihnya sektor industri pasca banjir besar yang melanda 'Negeri Gajah Putih' tersebut.
Badan Pembangunan Nasional Ekonomi dan Sosial (NESDB) Thailand mengungkapkan, produk domestik bruto (PDB) melonjak 18,9 persen dan GDP 3,6 persen dalam tiga bulan sampai Desember 2012, dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Sekretaris Jenderal NESDB, Arkhom Termpittayapaisith mengatakan, permintaan domestik dan internasional yang kuat membantu mendorong kinerja ekonomi. "Telah terjadi pemulihan penuh setelah banjir parah," ujar Arkhom.
Sebelumnya, perekonomian Thailand mengalami kontraksi dua digit akibat banjir besar pada 2011, yang menewaskan ratusan orang dan menyebabkan kerusakan luas terhadap sejumlah pabrik. NESDB memperkirakan pertumbuhan ekonomi 4,5-5,0 persen tahun ini, setelah ekspansi 6,4 persen pada 2012.
Perekonomian Thailand diperkirakan tumbuh 5,3 persen tahun ini, lebih dari 5,0 persen yang diproyeksikan pada Desember 2012, karena permintaan domestik semakin kuat.
Dilansir The Business Times, Jumat (29/3/2013), Kepala Departemen Keuangan dan Kebijakan Fiskal Thailand, Somchai Sajjapong mengatakan, ekonomi diperluas 6,4 persen pada 2012, setelah pertumbuhan hanya 0,1 persen pada 2011 akibat banjir.
Sementara Bank Sentral Thailand menyebutkan, kemungkinan akan menaikkan revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi 2013, dari 4,9 persen pada April nanti.
Diberitakan sebelumnya, perekonomian Thailand menikmati rekor pertumbuhan pada kuartal keempat (Q4) 2012, menyusul pulihnya sektor industri pasca banjir besar yang melanda 'Negeri Gajah Putih' tersebut.
Badan Pembangunan Nasional Ekonomi dan Sosial (NESDB) Thailand mengungkapkan, produk domestik bruto (PDB) melonjak 18,9 persen dan GDP 3,6 persen dalam tiga bulan sampai Desember 2012, dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Sekretaris Jenderal NESDB, Arkhom Termpittayapaisith mengatakan, permintaan domestik dan internasional yang kuat membantu mendorong kinerja ekonomi. "Telah terjadi pemulihan penuh setelah banjir parah," ujar Arkhom.
Sebelumnya, perekonomian Thailand mengalami kontraksi dua digit akibat banjir besar pada 2011, yang menewaskan ratusan orang dan menyebabkan kerusakan luas terhadap sejumlah pabrik. NESDB memperkirakan pertumbuhan ekonomi 4,5-5,0 persen tahun ini, setelah ekspansi 6,4 persen pada 2012.
Thailand
mempertahankan tingkat pertumbuhan ekonominya tahun 2012. Produk Domestik
Bruto (PDB) Thailand tahun ini di level 5,7 persen, atau naik 0,2 poin daripada
prediksi sebelumnya.
Prediksi
ini dikeluarkan Financial Policy Office (FPO), yang menyatakan bahwa
pertumbuhan ekspor Thailand tahun 2012 memang belum mencapai target.
Namun
konsumsi domestik dan investasi pribadi di Thailand meningkat
tajam. Investasi pribadi meningkat 16,1 persen dibanding tahun lalu, dan
merupakan pertumbuhan terbesar selama delapan tahun terakhir
2013
Rilis terbaru Bank Sentral Thailand (BoT) pada Sabtu (20/7/2013) menunjukkan prediksi Produk Domestik Bruto (PDB) sampai dengan akhir tahun 2013 turun menjadi 4,2 persen. Menurut laman Bangkok Post, prediksi terkini tersebut susut 0,9 persen ketimbang prediksi awal.
Rilis terbaru Bank Sentral Thailand (BoT) pada Sabtu (20/7/2013) menunjukkan prediksi Produk Domestik Bruto (PDB) sampai dengan akhir tahun 2013 turun menjadi 4,2 persen. Menurut laman Bangkok Post, prediksi terkini tersebut susut 0,9 persen ketimbang prediksi awal.
BoT mengatakan turunnya PDB tersebut lantaran dua hal. Pertama tertundanya
pemulihan perekonomian global. "Kedua, permintaan domestik,"kata
pernyataan petinggi BoT Paiboon Kittisrikangwan di Bangkok.
Sementara itu, BoT juga memprediksikan PDB Thailand tahun depan. "Pada
2014, PDB akan berada di pertumbuhan 5 persen,"kata Paiboon
Kittisrikangwan.
Lebih lanjut, Paiboon mengatakan sampai dengan akhir 2013, ekspor Thailand
cuma tumbuh 4 persen. Awalnya, diprediksikan, pertumbuhan ekspor itu menyentuh
angka 7,5 persen. "Pada 2014, ekspor Thailand diposisikan berada di angka
8 persen,"kata Paiboon.
Masih menurut Paiboon, inflasi Thailand masih terbilang rendah. Sampai dengan akhir 2013, kenaikan harga di Thailand mencapai 2,3 persen. Padahal, prediksi sebelumnya, inflasi di angka 2,7 persen.
Pemerintah Thailand memangkas perkiraan pertumbuhan
ekonomi menjadi 2,8 persen pada 2013, turun dari prediksi sebelumnya sebesar 3
persen awal bulan lalu.
Pemotongan perkiraan produk domesitik bruto (PDB) dilakukan karena ekspor dan permintaan domestik lebih lemah dari proyeksi dengan protes anti-pemerintah di Bangkok menyakiti kepercayaan ekonomi.
Dilansir dari Reuters, Kamis (26/12/2013), Kepala Kantor Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Thailand, Somchai Sajjapong mengemukakan, tahun depan ekonomi bisa berkembang 4 persen, meskipun lebih rendah dari 5,1 persen yang terlihat sebelumnya, berkat peningkatan perdagangan global yang akan membantu ekspor dan permintaan domestik.
Namun, dia mengingatkan, jika kerusuhan politik berkepanjangan, pertumbuhan ekonomi pada 2014 bisa berada di angka 3,5 persen.
Pemotongan perkiraan produk domesitik bruto (PDB) dilakukan karena ekspor dan permintaan domestik lebih lemah dari proyeksi dengan protes anti-pemerintah di Bangkok menyakiti kepercayaan ekonomi.
Dilansir dari Reuters, Kamis (26/12/2013), Kepala Kantor Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Thailand, Somchai Sajjapong mengemukakan, tahun depan ekonomi bisa berkembang 4 persen, meskipun lebih rendah dari 5,1 persen yang terlihat sebelumnya, berkat peningkatan perdagangan global yang akan membantu ekspor dan permintaan domestik.
Namun, dia mengingatkan, jika kerusuhan politik berkepanjangan, pertumbuhan ekonomi pada 2014 bisa berada di angka 3,5 persen.
2014
Ekonom senior Bank Dunia di Bangkok, Kirida Phaophichit mengemukakan,
pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Thailand pada 2014 diproyeksikan sebesar 4 persen di belakang ekspansi ekspor.
Ekspor diperkirakan akan tumbuh sebesar 6 persen dengan total nilai USD238,92 juta dan impor diperkirakan akan meningkat sebesar 5 persen atau USD229,99 juta, dengan surplus perdagangan USD8,93 juta. Namun, Thailand akan mengalami defisit neraca berjalan sekitar USD1.070.000, atau sekitar 0,3 perses dari PDB.
Kirida mengatakan, faktor risiko yang dapat menggagalkan ekspansi ekonomi termasuk tingkat utang rumah tangga yang tinggi dan penundaan investasi pemerintah dalam proyek-proyek pembangunan infrastruktur.
"Ketidakpastian politik merupakan faktor negatif utama yang dapat merugikan sektor pariwisata, mengganggu kelanjutan dari pelaksanaan kebijakan pemerintah, yang akan mengikis kepercayaan investor," ujarnya, seperti dilansir Bangkok Post, Selasa (22/2/2014).
Ekonom senior menyarankan dalam jangka panjang pemerintah memberikan pentingnya mendistribusikan belanja di seluruh negeri guna meminimalkan masalah kesenjangan sosial.
"Hal ini dapat dilakukan dengan berfokus pada pengeluaran di daerah dan mengurangi kontrol pada distribusi pendapatan dari instansi pusat, serta memberikan lebih banyak tanggung jawab terhadap unit lokal," ujarnya .
Kirida menyebutkan, PDB Thailand hanya tumbuh 3 persen pada 2013 karena perlambatan ekspor, konsumsi rumah tangga dan investasi swasta serta keterlambatan dalam pengeluaran pemerintah. Namun, sektor pariwisata mencatat ekspansi bersejarah sebesar 20 persen lebih tinggi dari 2012, dan merupakan faktor utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi tahun lalu.
Ekonom senior Bank Dunia di Bangkok, Kirida Phaophichit mengemukakan,
pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Thailand pada 2014 diproyeksikan sebesar 4 persen di belakang ekspansi ekspor.
Ekspor diperkirakan akan tumbuh sebesar 6 persen dengan total nilai USD238,92 juta dan impor diperkirakan akan meningkat sebesar 5 persen atau USD229,99 juta, dengan surplus perdagangan USD8,93 juta. Namun, Thailand akan mengalami defisit neraca berjalan sekitar USD1.070.000, atau sekitar 0,3 perses dari PDB.
Kirida mengatakan, faktor risiko yang dapat menggagalkan ekspansi ekonomi termasuk tingkat utang rumah tangga yang tinggi dan penundaan investasi pemerintah dalam proyek-proyek pembangunan infrastruktur.
"Ketidakpastian politik merupakan faktor negatif utama yang dapat merugikan sektor pariwisata, mengganggu kelanjutan dari pelaksanaan kebijakan pemerintah, yang akan mengikis kepercayaan investor," ujarnya, seperti dilansir Bangkok Post, Selasa (22/2/2014).
Ekonom senior menyarankan dalam jangka panjang pemerintah memberikan pentingnya mendistribusikan belanja di seluruh negeri guna meminimalkan masalah kesenjangan sosial.
"Hal ini dapat dilakukan dengan berfokus pada pengeluaran di daerah dan mengurangi kontrol pada distribusi pendapatan dari instansi pusat, serta memberikan lebih banyak tanggung jawab terhadap unit lokal," ujarnya .
Kirida menyebutkan, PDB Thailand hanya tumbuh 3 persen pada 2013 karena perlambatan ekspor, konsumsi rumah tangga dan investasi swasta serta keterlambatan dalam pengeluaran pemerintah. Namun, sektor pariwisata mencatat ekspansi bersejarah sebesar 20 persen lebih tinggi dari 2012, dan merupakan faktor utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi tahun lalu.
Laju pertumbuhan ekonomi Thailand alami percepatan lebih
dari yang diharapkan pada kuartal keempat tahun 2014 lalu seperti yang
dilaporkan Office of the National Economic and Social Development Board (NESDB)
dengan naiknya data PDB Q4-2014. Percepatan ini didukung oleh meningkatnya
pengeluaran pemerintah dan ekspor.
Sepanjang
tahun 2014, ekonomi terbesar kedua di Asia Tenggara ini meningkat 0,7
persen dibanding tahun sebelumnya, lebih lambat dari pertumbuhan 2,9 persen
pada tahun 2013. Ini adalah pertumbuhan terlemah sejak 2011, ketika naik 0,1
persen.
Badan
perencanaan ekonomi ini (NESDB) sebelumnya memproyeksikan pertumbuhan 1 persen
untuk 2014. Pemerintah tetap mempertahankan outlook 2015 PDB sebesar 3,5
persen-4,5 persen.
Dalam
hal produksi, hasil non-pertanian naik 2,7 persen pada kuartal keempat 2014,
sementara output pertanian menurun 1,6 persen. Dari sisi pengeluaran, konsumsi
pemerintah meningkat 5,5 persen pada kuartal keempat, lebih cepat dari kenaikan
0,4 persen kuartal sebelumnya. Demikian juga, pertumbuhan investasi dipercepat
menjadi 3,2 persen dari 2,9 persen.
Di
sisi lain, konsumsi rumah tangga tumbuh lebih lambat dari 1,9 persen, menyusul
kenaikan 2,2 persen pada kuartal. Ekspor barang dan jasa rebound pada kuartal
keempat, naik 4,9 persen setelah jatuh 3,8 persen pada kuartal ketiga. Pada
saat yang sama, impor turun 0,3 persen, lebih lambat dari penurunan 1,1 persen
yang terlihat seperempat lalu.
Secara
berurutan, PDB kuartalan naik 1,7 persen pada kuartal keempat setelah
naik 1,2 persen masing-masing pada kuartal ketiga dan kedua. Untuk prospek
kedepannya belanja fiskal akan memberikan dorongan bagi perekonomian Thailand
pada 2015. Selain itu investasi swasta juga harus digenjot setelah awal tahun
terjadi konflik politik yang menutup sejumlah investasi.
Selanjutnya
dengan harga minyak yang lebih rendah akan mengurangi inflasi dan meningkatkan
daya beli riil konsumen, beban utang rumah tangga yang tinggi akan terus
membatasi pertumbuhan konsumsi swasta.
2015
Menteri Keuangan Thailand Sommai Phasee masih memperkirakan pertumbuhan ekonomi negaranya pada tahun ini akan tumbuh 3,7%.
Seperti dikutip dari The Business Times, Jumat (12/6/2015), pihaknya tidak merevisi proyeksi petumbuhan ekonomi tersebut.
Pada April, Kementerian Keuangan Thailand memangkas proyeksi menjadi 3,7% dari sebelumnya 3,9%. Bank sentral setempat mengatakan, akan menurunkan perkiraan pertumbuhan menjadi 3,8%.
Hal tersebut dikarenakan pada 19 Juni ekspor dan permintaan domestik di Thailand melemah dalam satu tahun setelah tentara merebut kekuasaan untuk mengakhiri kerusuhan politik. Ekonomi terbesar kedua di Asia Tenggara hanya tumbuh 0,9% pada 2014, laju terlemah sejak 2011.
Menteri Keuangan Thailand Sommai Phasee masih memperkirakan pertumbuhan ekonomi negaranya pada tahun ini akan tumbuh 3,7%.
Seperti dikutip dari The Business Times, Jumat (12/6/2015), pihaknya tidak merevisi proyeksi petumbuhan ekonomi tersebut.
Pada April, Kementerian Keuangan Thailand memangkas proyeksi menjadi 3,7% dari sebelumnya 3,9%. Bank sentral setempat mengatakan, akan menurunkan perkiraan pertumbuhan menjadi 3,8%.
Hal tersebut dikarenakan pada 19 Juni ekspor dan permintaan domestik di Thailand melemah dalam satu tahun setelah tentara merebut kekuasaan untuk mengakhiri kerusuhan politik. Ekonomi terbesar kedua di Asia Tenggara hanya tumbuh 0,9% pada 2014, laju terlemah sejak 2011.
Berikut rincian peringkat kemakmuran semua negara di ASEAN atau Asia Tenggara berdasarkan data tahun 2016. Peringkat diurutkan dari GDP per kapita terendah sampai tertinggi (ascending order).
Peringkat
|
Negara
|
GDP Per Kapita (USD)
|
Peringkat Dunia
|
15
|
Papua New
Guinea (Papua Nugini)
|
3.500
|
184
|
14
|
Kamboja
|
3.700
|
180
|
13
|
Bangladesh
|
3.900
|
177
|
12
|
Timor
Leste
|
4.200
|
176
|
11
|
Laos
|
5.700
|
165
|
10
|
Myanmar
(Burma)
|
6.000
|
162
|
9
|
Vietnam
|
6.400
|
161
|
8
|
Filipina
|
7.700
|
154
|
7
|
Indonesia
|
11.700
|
130
|
6
|
Palau
(Belau)
|
15.300
|
105
|
5
|
Thailand
|
16.800
|
100
|
4
|
Malaysia
|
27.200
|
70
|
3
|
Taiwan
|
47.800
|
30
|
2
|
Brunei
Darussalam
|
79.700
|
8
|
1
|
Singapura
|
87.100
|
5
|
Perekonomian
Thailand tumbuh lebih baik dari prediksi pada kuartal kedua seiring langkah
pemerintah militer mempercepat pengeluaran untuk proyek jalan dan kereta api
demi membantu mengimbangi lesunya permintaan bagi ekspor negara tersebut.
Menurut
data National Economic and Social Development Board (NESDB), seperti dilansir
Bloomberg hari ini (Senin, 15/8/2016), pertumbuhan produk domestik bruto (PDB)
berekspansi 3,5% pada kuartal kedua dibandingkan setahun sebelumnya.
Angka
tersebut lebih tinggi dari prediksi rata-rata 22 analis dalam survei Bloomberg
dengan pertumbuhan 3,3% serta naik 0,8% dibandingkan kuartal pertama.
Perdana
Menteri Prayuth Chan-Ocha telah meluncurkan serangkaian stimulus ekonomi
senilai lebih dari US$18 miliar sejak September tahun lalu demi mendukung
permintaan lokal.
Pengeluaran
fiskal sepanjang April hingga Juni melonjak 18% menjadi 650 miliar baht
(US$18,7 miliar) dibandingkan periode yang sama tahun lalu serta naik 8,7%
dibandingkan tiga bulan sebelumnya.
NESDB
lebih lanjut mengharapkan pemerintah akan mencairkan dana stimulus senilai
110,5 miliar baht pada paruh kedua, setelah mengeluarkan 217 miliar baht pada
paruh pertama tahun ini.
Perekonomian
Thailand juga diharapkan mendapat dorongan dari pemulihan pada pengeluaran
domestik setelah pendapatan usaha tani berekspansi untuk pertama kalinya dalam
10 kuartal pada kuartal kedua.
Hal
tersebut dapat membantu mengimbangi lemahnya permintaan bagi ekspor Thailand,
yang berkontraksi 3,1% pada kuartal kedua.
Thailand PDB
|
Terakhir
|
Sebelum Ini
|
Tertinggi
|
Paling Rendah
|
Satuan
|
|
0.40
|
0.40
|
9.60
|
-6.30
|
Persen
|
||
3.00
|
3.20
|
15.30
|
-12.50
|
Persen
|
||
395.17
|
404.32
|
419.89
|
2.76
|
Usd -
Miliar
|
||
2461131.00
|
2451326.00
|
2461131.00
|
1043930.00
|
Thb - Juta
|
||
4839.07
|
4693.46
|
4839.07
|
910.68
|
Thb -
Miliar
|
||
619914.00
|
579457.00
|
713853.00
|
258609.00
|
Thb - Juta
|
||
5775.10
|
5635.60
|
5775.10
|
570.86
|
USD
|
||
15346.65
|
14975.96
|
15346.65
|
6650.69
|
USD
|
||
122622.00
|
123296.00
|
132115.00
|
66849.00
|
Thb - Juta
|
||
77237.00
|
66489.00
|
103692.00
|
36619.00
|
Thb - Juta
|
||
690286.00
|
672196.00
|
690286.00
|
269359.00
|
Thb - Juta
|
||
59105.00
|
62445.00
|
62445.00
|
20064.00
|
Thb - Juta
|
||
128707.00
|
120190.00
|
128707.00
|
41767.00
|
Thb - Juta
|
||
250685.00
|
257013.00
|
257013.00
|
64995.00
|
Thb - Juta
|
||
80898.00
|
83241.00
|
83241.00
|
22202.00
|
Thb - Juta
|
Nama
Kelompok : (1EB11)
- Aldi Rivaldi
- Lia Astuti
- Venny Arifani
- Aldi Rivaldi
- Lia Astuti
- Venny Arifani
SUMBER :
No comments:
Post a Comment