Perkembangan Industri Manufaktu di Indonesia dan Pertama kali Arus Refolusi
Industri
Menurut Heizer, dkk (2005), manufaktur berasal dari
kata manufacture yang berarti membuat
dengan tangan (manual) atau dengan mesin sehingga menghasilkan sesuatu barang.
Wikipedia menyebutkan bahwa Manufaktur adalah suatu cabang Industri yang
mengaplikasikan mesin, peralatan dan tenaga kerja dan suatu medium proses untuk
mengubah bahan mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi untuk
dijual. Contoh industri manufaktur, misalnya: industri tekstil, industri obat,
industri semen, dan lain-lain.
Perkembangan Industri Manufaktur di Indonesia
Sejak Ir. Soekarno menjabat menjadi presiden
pertama di Indonesia, proses industrialisasi Negara Indonesia telah dirintis
oleh beliau. Mulai dari berbagai pabrik pembuatan aneka bahan pokok di
Indonesia, dan lainnya. Industrialialisasi di Indonesia mulai berkembang pesat
saat Bapak Soeharto menjabat sebagai presiden. Puncaknya adalah mampunya
Indonesia menerbangkat pesawat buatan anak negeri sendiri, yaitu N250 –
Gatotkaca yang pada waktu itu dipelopori oleh BJ. Habibie. Setelah sukses
melakukan peluncuran tersebut, makin banyak Industri-industri di Indonesia yang
berdiri. Kawasan Industri pun semakin bertebaran. Di Jawa Timur sendiri,
terdapat beberapa kawasan industri yang terkenal. Seperti di daerah Surabaya,
Gresik, Malang, dan lainnya. Mulai dari Industri berat sampai industri-industri
kecil
Dengan semakin berkembangnya
Industri tersebut, maka dalam Industri tentunya diperlukan sebuah keilmuan yang
berhubungan dengan proses produksi industri tersebut, khususnya industri
manufaktur. Salah satu ilmu yang diperlukan adalah Proses Manufaktur. Yaitu
proses pembuatan produk manufaktur mulai dari pencampuran bahan baku, proses
pengecoran, pembentukan, hingga finishing. Dalam kehidupan manusia, ilmu ini
dapat diimplementasikan untuk membuat alat-alat kehidupan sehari-hari. Mulai
dari kursi, meja, laptop, kalkulator, dll. Oleh karena itulah, proses
manufaktur sangat diperlukan dalam kehidupan manusia, karena hamper semua tool
atau peralatan hidup manusia dibuat melalui proses manufaktur.
Pada tahun 2012 yang lalu,
berdasarkan riset yang dilaporkan oleh UNIDO (Organisasi Pengembangan Industri
Dunia), pertumbuhan industri manufaktur global pada kuartal III tahun 2012
hanya 0.2 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Catatan itu sekaligus
menunjukkan pertumbuhan paling lambat sejak tahun 2009. Catatan ini pula
menjadi warning kepada seluruh negara-negara di dunia. Sebab, menurut
badan PBB tersebut, industri manufaktur akan menghadapi tantangan berat ke
depannya. Hal itu disebabkan resesi kuat di Eropa, serta melemahnya pertumbuhan
ekonomi di Amerika Utara serta Asia Timur, ditambah dengan melambatnya laju
ekonomi di negara-negara berkembang.
Krisis ekonomi global menjadi
kendala berkembangnya sektor industri manufaktur di seluruh dunia. Lesunya
perekonomian di Amerika Serikat dan Eropa yang merupakan kiblat perekonomian
dunia berdampak pada berbagai sektor termasuk perindustrian manufaktur. Dampak
dari itu semua adalah perekonomian dunia pun ikut lesu karena sektor
industri manufaktur termasuk sektor yang paling basah.
Tingginya komnsumsi masyarakat
berakibat pada penguatan kinerja impor. Namun, di sisi lain, kinerja ekspor
relatif melemah akibar rendahnya permintaan di dunia yang menyebabkan neraca
perdagangan defisit. Krisis ekonomi di dunia juga berdampak pada melemahnya
nilai tukar berbagai mata uang negara, sehingga sektor industri manufaktur pun
semakin lesu.
Di tahun 2013 ini, banyak pihak
yang lebih merasa optimistis dengan perkembangan industri manufaktur dunia.
Selain kondisi perekonomian amerika dan eropa yang makin membaik, sektor industri
manufaktur di negara berkembang juga semakin pesat perkembangannya. Dengan
begitu walaupun masih ada bayang-bayang krisis ekonomi global, diharapkan
industri manufaktur dunia lebih kreatif dalam mengatasi permasalahan ini.
Sementara di Indonesia ini,
prospek perkembangan industri manufaktur begitu pesat. Optimisme itu merujuk
pada krisis moneter pada tahun 1998 yang lalu saat perekonomian Indonesia
hancur lebur. Namun Indonesia ternyata mampu bangkit dan pada tahun 2011 yang
lalu pertumbuhan PDB bahkan mencapai 6.2%. Pada tahun 2012, pertumbuhan sektor
industri manufaktur khusus sektor nonmigas secara kumulatif mencapai 6.5%.
Bahkan pada kuartal II tahun 2012 pertumbuhan mencapai angka 7.27%. Hal itu
membawa angina segar bagi sektor industri manufaktur di Indonesia. Namun, yang
perlu diingat di sini adalah tantangan untuk thun 2013 ini lebih berat ke
depannya. Salah satu faktor yang paling memicu adalah kenaikan TDL (Tarif Dasar
Listrik) sebesar 15% yang itu akan berpengaruh pada daya saing industri baik di
sektor domestic maupun pasar ekspor.Tantangan berat lain yang harus dihadapi
oleh Indonesia adalah “ASEAN-China Free Trade Area” yang telah diberlakukan
semenjak Januari 2010 yang lalu. Hal itu menyebabkan berbagai produk manufaktur
dari china memasuki pasar Indonesia dengan deras. Berbagai produk elektronik
yang berharga murah pun menggerogoti pangsa pasar produk lokal Indonesia.
Demikian juga produk lainnya, seperti besi, baja, tekstil, dan barang-barang
hasil industri lainnya.
Sejarah
perkembangan manufaktur dimulai sejak era kerajinan tangan. Pada masa itu
serikat pekerja kerajinan tangan memiliki gagasan untuk meningkatkan kecakapan
dan keterampilan menggunakan peralatan untuk memenuhi kebutuhan pasar.
Nama Kelompok : (1EB11)
- Aldi Rivaldi
- Lia Astuti
- Venny Arifani
- Aldi Rivaldi
- Lia Astuti
- Venny Arifani
SUMBER :
No comments:
Post a Comment